GEMBLOG, Jeneponto - Fenomena menarik tengah berkembang di kalangan anak muda–mudi Kampung Balang Loe, Desa Bulo-Bulo, Kecamatan Arungkeke, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan. Dalam beberapa tahun terakhir, kawasan yang dikenal warga dengan sebutan Pastur kian ramai dikunjungi generasi muda, terutama pada sore hingga malam hari, (Sabtu 20/12/2025).
Bagi anak muda Balang Loe, Pastur bukan sekadar tempat singgah. Lokasi ini menjelma menjadi ruang berkumpul, berbagi cerita, sekaligus melepas penat setelah menjalani aktivitas harian. Suasana terbuka, angin laut, dan pemandangan senja menjadi daya tarik utama yang membuat Pastur digemari.
“Kalau ke Pastur itu rasanya beda. Bisa ketemu teman-teman, ngobrol santai, kadang diskusi hal-hal kecil sampai rencana masa depan,” ujar salah satu pemuda Balang Loe.
Aktivitas anak muda di Pastur tidak melulu soal bersantai. Di tempat ini, mereka sering berdiskusi, berbagi ide kreatif, hingga membangun solidaritas antarwarga kampung. Bagi sebagian remaja, Pastur menjadi ruang sosial alternatif yang memberi kebebasan berekspresi tanpa meninggalkan identitas sebagai anak kampung pesisir.
Fenomena ini juga menunjukkan perubahan pola interaksi generasi muda Balang Loe. Jika dahulu ruang berkumpul terbatas di rumah atau lapangan kampung, kini Pastur hadir sebagai titik temu baru yang lebih terbuka dan inklusif.
Dinamika Sosial dan Harapan Warga
Meski digandrungi anak muda, sebagian tokoh masyarakat berharap aktivitas di Pastur tetap berjalan dalam koridor positif. Mereka menekankan pentingnya menjaga etika, kebersihan, serta keamanan lingkungan agar keberadaan tempat ini membawa manfaat sosial, bukan sebaliknya.
“Anak muda boleh berkumpul, itu hal wajar. Yang penting tetap saling menjaga, tidak mengganggu warga, dan tidak melanggar norma,” ujar seorang tokoh masyarakat setempat.
Pengamat sosial lokal menilai, kegemaran anak muda Balang Loe ke Pastur dapat diarahkan menjadi potensi positif. Jika difasilitasi dengan baik, Pastur berpeluang berkembang sebagai ruang kreatif berbasis komunitas, tempat tumbuhnya ide-ide kepemudaan, seni, hingga diskusi sosial.
Fenomena ini sekaligus menegaskan bahwa anak muda kampung memiliki cara sendiri dalam membangun kebersamaan dan identitas sosialnya. Pastur, bagi mereka, bukan sekadar lokasi, tetapi simbol kebebasan, persahabatan, dan dinamika generasi muda pesisir Jeneponto. (Red)



