Ticker

Ad Code

Aktivis Gempar Muda Apresiasi Misi Wilson Lalengke ke Komite Keempat PBB di New York

GEMBLOG, Makassar - Saat Wilson Lalengke, aktivis hak asasi manusia dan akademisi terkemuka asal Indonesia, bertolak menuju New York pada Minggu malam, 5 Oktober 2025, untuk menyampaikan pidato resmi dan petisi di hadapan Komite Keempat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dukungan dan apresiasi mengalir dari berbagai kalangan, termasuk dari Syarif Al Dhin, aktivis Gempar Muda hak asasi manusia (HAM) asal Sulawesi Selatan.

Lalengke, yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Persatuan Pewarta Warga Indonesia (PPWI), berangkat menggunakan maskapai Etihad Airways dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta dengan jadwal kedatangan di Bandara Internasional John F. Kennedy pada 7 Oktober 2025. Ia dijadwalkan berada di New York hingga 12 Oktober untuk melakukan pertemuan dengan pejabat PBB, perwakilan masyarakat sipil, serta kalangan pers internasional.

“Sebuah Misi yang Mewakili Suara Mereka yang Dibungkam”

Menanggapi perjalanan diplomatik tersebut, Syarif Al Dhin menyampaikan rasa kagum dan penghormatannya atas keberanian serta konsistensi Wilson Lalengke dalam memperjuangkan reformasi hak asasi manusia di tingkat global.

 “Kehadiran Wilson Lalengke di Komite Keempat PBB bukan sekadar prestasi pribadi — ini adalah tonggak penting bagi gerakan masyarakat sipil Indonesia. Ia membawa suara mereka yang selama ini dibungkam, dan pesannya mencerminkan nurani kemanusiaan,” ujar Syarif Al Dhin.

Ia menambahkan bahwa partisipasi Lalengke menjadi simbol babak baru diplomasi masyarakat sipil Asia, di mana para pemikir independen dan aktivis non-pemerintah ikut berperan dalam membentuk arah kebijakan global.

 “Generasi muda di Sulawesi dan seluruh Indonesia seharusnya terinspirasi oleh hal ini. Pak Lalengke membuktikan bahwa berbicara atas dasar kebenaran di panggung dunia adalah mungkin, selama didorong oleh prinsip dan integritas,” lanjut Syarif.

Komite Keempat PBB — yang secara resmi dikenal sebagai Komite Politik Khusus dan Dekolonisasi — menangani berbagai isu seperti pemeliharaan perdamaian, dekolonisasi, serta hak-hak masyarakat adat.

Petisi yang akan disampaikan oleh Lalengke menyoroti berbagai persoalan serius, termasuk pembunuhan di luar hukum (extrajudicial execution), penangkapan dan penahanan sewenang-wenang, penyiksaan, serta pembatasan terhadap kebebasan politik dan pemerintahan di berbagai wilayah, terutama di kawasan Afrika dan Asia.

Sebelum keberangkatannya, alumni Lemhannas RI PPRA-48 tahun 2012 tersebut menyatakan harapannya agar langkah ini dapat “memperkuat suara mereka yang telah lama dibungkam” dan “mendorong komunitas internasional mengambil tindakan nyata.”


Kunjungan Wilson Lalengke ke markas besar PBB berlangsung di tengah meningkatnya perhatian global terhadap partisipasi demokratis dan gerakan masyarakat sipil. Para pengamat menilai, kehadirannya memiliki makna simbolis sekaligus strategis — mencerminkan peran Indonesia yang semakin diperhitungkan dalam dimensi moral diplomasi internasional.

 “Wilson Lalengke adalah bukti bahwa intelektual dan aktivis Indonesia mampu berdiri sejajar dengan tokoh-tokoh dunia dalam memperjuangkan keadilan dan hak asasi manusia,” tutup Syarif Al Dhin.

Masyarakat Indonesia kini menantikan hasil dari misi Lalengke di New York, di mana pidatonya di hadapan Komite Keempat PBB diharapkan dapat menegaskan kembali peran Asia dalam membentuk dialog global tentang perdamaian, dekolonisasi, dan martabat manusia. (TIM/Red)

Posting Komentar

0 Komentar